DAPAT UANG MELALUI INTERNET

Sabtu, 18 Mei 2013

MISTERI ISRA' MI'RAJ

MISTERI ISRA’ MI’RAJ


Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Salah satu peristiwa keagamaan yang sampai saat ini tetap dipelihara dan diperingati setiap tahunnya oleh umat islam~khususnya di Indonesia~adalah  Isra’ Mi’raj yang tahun 2013 akan jatuh pada tanggal 6–Juni-2013. Inti dari peringatan ini sendiri adalah untuk memupuk keimanan, menggugah kesadaran ke-tauhid-an, dan mengambil hikmah dari peristiwa tersebut.

            Ada sebagian manusia yang menganggap bahwa peristiwa Isra’ Mi’raj merupakan kejadian yang masih dianggap fenomenal sekaligus kontroversial hingga saat ini, karena sulit diterima oleh logika manusia. Bayangkan, Rasulullah Muhammad SAW diperjalankan dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa kemudian naik ke Sidratul Muntaha dan kembali lagi ke tempat semula hanya memerlukan waktu satu malam. Padahal jarak tempuh normal dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa pulang pergi secara normal diperlukan waktu 2 (dua) bulan dengan mengendarai unta sebagai sarana transportasi tercepat saat itu.

            Sebagai umat islam, kita harus meyakini dan mengimani peristiwa tersebut. Sebuah harga mati yang tidak bisa di tawar lagi. Diperlukan keimanan, bukan dilogikakan dengan otak (pikir). Otak tidak akan dapat mencerna wilayah ketuhanan disebabkan keterbatasan kapasitas. Hanya qalbu yang mampu memahami karena disinilah letak keimanan bersemayam.

Lebih jauh lagi, Allah SWT menerangkan kebenaran peristiwa Isra’  dalam Al-Qur’an Al-Karim, sebagaimana dijelaskan dalam surat Al-Isra’ 17:1, “Maha Suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Al Masjidil Haram ke Al Masjidil Aqsa yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui”.

            Lalu bagaimana tentang perjalanan dari Masjidil Aqsa ke Sidratul Muntaha? Apakah Allah SWT juga mewahyukan peristiwa tersebut dalam Al-Qur’an? Tentu saja ada. Hal ini semata-mata untuk meyakinkan dan memperkuat iman umat islam bahwa peristiwa yang dialami Rasulullah SAW bukanlah berita bohong dan mengada-ada meskipun sulit diterima logika manusia pada umumnya.

“Dan sesungguhnya Muhammad telah melihat Jibril itu (dalam rupanya yang asli) pada waktu yang lain, (yaitu) di Sidratil Muntaha. Didekatnya ada surga tempat tinggal, (Muhammad melihat Jibril) ketika sidratul Muntaha diliputi oleh sesuatu yang meliputinya. Penglihatan (Muhammad) tidak berpaling dari yang dilihatnya itu dan tidak (pula) melampauinya. Sesungguhnya dia telah melihat sebahagian tanda-tanda (kekuasaan) Tuhannya yang paling besar” (QS. An-Najm 53:13-18).

            Dengan dua ayat di atas jelaslah sudah bahwa peristiwa Isra’ Mi’raj tersebut memang terjadi. Tidak ada keraguan sedikit pun dalam keimanan kita. Semua isi al-Qur’an adalah kalam Illahi yang dijaga langsung keontentikannya oleh Allah SWT sendiri.

Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al Quran, dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya”. (QS. Hijr 15:9)

Sementara dalam literatur islam, diceritakan bagaimana Rasulullah SAW berusaha meyakinkan umat islam dan kaum musyrikin quraisy yang menuduhnya berbohong dengan cara menyampaikan bukti-bukti perjalanan tersebut. Pertama, Muhammad SAW mampu menerangkan dan menceritakan kondisi Baitul Aqsa kepada sahabatnya, Abu Bakar ra dan di depan khalayak ramai. Padahal beliau belum pernah pergi ke tempat tersebut sebelum peristiwa Isra’. Apa yang diceritakan Rasulullah SAW tentang kondisi Baitul Aqsa dibenarkan sahabatnya karena Abu Bakar ra pernah mengunjungi tempat tersebut.

Kedua, Muhammad SAW juga menceritakan bahwa selama perjalanan pulang, beliau melewati 2 (dua) kafilah dan menuturkan kondisi  mereka. Bahkan beliau juga menggambarkan warna unta yang ditunggangi masing-masing kafilah. Hal ini diceritakan sebelum kedua rombongan kafilah itu datang ke Mekah, maka tatkala rombongan ini datang, semua  yang diceritakan Rasulullah SAW sama persis dan dibenarkan oleh para kafilah tersebut. Penuturan dan bukti ini disaksikan langsung oleh sebagian besar masyarakat Mekah. Meski demikian, kaum musyrikin quraisy dan sebagian umat islam yang masih tipis imannya kembali murtad. dan tetap tidak mempercayai peristiwa Isra’ Mi’raj tersebut..
           
Dua Kutub

Tulisan ini tidak akan membahas lebih jauh tentang kebenaran Isra’ Mi’raj, karena bukti yang ada sudah jelas. Saya akan membahas misteri perisitiwa ini yang hingga kini masih menjadi polemik dan menyisakan pertanyaan di kalangan umat islam, yaitu tentang bagaimana sebenarnya perjalanan Isra’ Mi’raj yang ditempuh Rasulullah SAW. Disini terjadi perbedaaan pemahaman dan diskursus yang hingga kini belum mendapatkan titik temu. Paling tidak ada 2 (dua) kelompok yang memiliki pandangan berbeda.

Kelompok pertama, mereka yang berpendapat bahwa Rasulullah SAW menempuh perjalanan tersebut mengendarai Bouraq (diilustrasikan dengan sejenis kuda bersayap yang berasal dari surga), dan  memiliki kecepatan melebihi kecepatan cahaya. Pendapat ini mengacu kepada informasi dari beberapa hadits yang dianggap shahih. Dengan mengendarai Bouraq inilah jarak tempuh yang begitu jauh bukan mustahil dapat dilalui dengan sekejab.

Adapun Kelompok kedua berpendapat bahwa perjalanan Isra’ Mi’raj yang ditempuh Rasulullah SAW bukanlah mengendarai Bouraq karena dalam Al-Qur’an tidak ada informasinya. Selain itu, kelompok ini berpendapat bahwa tidak mungkin Allah SWT “melanggar” sunatullah (hukum Allah SWT) yang telah ditetapkannya. Sebagaimana yang diinformasikan dalam Al-Qur’an bahwa sunatullah tidak akan berubah dan berlaku untuk semua makhluk (tidak terkecuali Rasulullah SAW sebagai seorang manusia) hingga nanti datangnya hari kiamat.

“Sebagai suatu sunatullah yang telah berlaku sejak dahulu, kamu sekali-kali tiada akan menemukan perubahan bagi sunatullah itu”. (QS. Al-Fath 48:23).

            Tubuh manusia didesain Allah SWT agar senantiasa mentaati sunatullah. Tidak mungkin tubuh manusia bertahan meluncur melebihi kecepatan cahaya. Pasti akan hancur. Padahal kecepatan cahaya adalah kecepatan maksimal yang dapat dilampui materi berkisar 100.000.000.000.000 km.

Demikian pula yang terjadi ketika tubuh harus menembus luar angkasa (hampa udara) tanpa alat bantu. Pasti akan mati dan musnah. Hal ini dapat dibuktikan dari realita yang ada sekarang ini, bahwa astronout yang mengadakan perjalanan ke bulan saja membutuhkan baju khusus dan alat bantu oksigen untuk bernafas. Ilmu pengetahuan fisika juga mengungkapkan bahwa manusia tidak akan mampu hidup di ruang hampa. Suatu ruang kosong tanpa materi dan memiliki tekanan tinggi yang membuat tubuh manusia mendidih lalu hancur. Kelompok ini menyimpulkan bahwa yang menempuh perjalanan Isra’ Mi’raj adalah ruh (al-Fitrah al-Munazalah) Muhammad SAW, sementara tubuh beliau ada di Mekah. Literatur islam pun ada yang mencatat, bahwa saat peristiwa Isra’ Mi’raj terjadi Rasulullah SAW sedang menginap (tidur) di rumah sahabatnya yang bernama Hindun.

            Dari dua pendapat tersebut di atas dapat disimpulkan mengapa tidak diperoleh titik temu. Satu kelompok menilai dari sudut pandang agama, sementara kelompok lain menilai dari sisi ilmu pengetahuan saja. Di sinilah letak permasalahannya, karena masing-masing mendudukkan suatu problema secara parsial yang seharusnya digabungkan menjadi satu sehingga diperoleh solusi bersama. Padahal Al-Qur’an pun juga berisi ilmu pengetahuan untuk mengungkap misteri penciptaan alam semesta beserta isinya.

Lalu dari kedua pendapat ini mana yang mendekati kebenaran? Saya tidak berhak menilai, menghakimi dan memihak salah satu kelompok. Dalam artikel ini saya hanya menawarkan dan menyodorkan solusi, baik dari sisi Al-Qur’an maupun ilmu pengetahuan. Mengapa? Pada hakikinya ilmu pengetahuan (dunia dan akhirat) selaras dengan isi kandungan al-Qur’an. Tanpa ilmu pengetahuan dalam memahami kitabullah, maka manusia tersebut digolongkan dzalim sebagaimana  bunyi ayat berikut ini.

 Tetapi orang-orang yang zalim, mengikuti hawa nafsunya tanpa ilmu pengetahuan; maka siapakah yang akan menunjuki orang yang telah disesatkan Allah? Dan tiadalah bagi mereka seorang penolongpun”.(QS. Ar-Rum 30:29)

Al-Qur’an dan Ilmu Pengetahuan

            Sebelum Rasulullah Muhammad SAW wafat, beliau pernah bersabda bahwa kelak umat islam akan terpecah menjadi 73 firqah dan hanya satu yang benar. Oleh karena itu, beliau berpesan kepada umatnya agar berpedoman kepada al-Qur’an dan sunnahnya, sehingga perpecahan dan perbedaan pendapat dapat dieliminir sekecil mungkin. Inilah dua “pusaka” yang benar-benar harus dipegang teguh umat islam mampu menyelesaikan perbedaan pendapat atas suatu permasalahan agama yang ada. Mengapa demikian pentingnya? Karena Al-Qur’an dan sunnah nabi cukup untuk beribadah kepada Allah SWT dan mampu memberikan solusi permasalahan hingga akhir zaman.

            Lalu bagaimana sebenarnya perjalanan Isra’ Mi’raj yang ditempuh Rasulullah SAW? Adakah ayat al-Qur’an yang menjelaskannya? Bagaimana dengan tinjauan ilmu pengetahuan? Sebelum menguraikan masalah ini saya ingin bertanya kepada pembaca, umumnya mengenai pendapat (versi) pertama. Selain alasan yang telah saya kemukakan sebelumnya, ada hal lain yang perlu mendapat penjelasan disini, yaitu “Apakah Bouraq yang merupakan makhluk dari surga juga termasuk ghaib/immaterial? Logikanya jawaban anda pasti iya. Mengapa? Karena makhluk ini berasal dari surga yang notabene juga ghaib/immaterial. Kalau demikian, mungkinkah sesuatu yang material (tubuh Rasulullah SAW) mengendarai sesuatu yang immaterial (Bouraq)? Jawabannya tidak mungkin. Lalu apa sebenarnya Bourag yang dimaksud dengan Rasulullah SAW? Mungkinkah beliau hanya “menjembatani” logika umat manusia saat itu yang belum dipahamkan akan ilmu pengetahuan tentang mati suri sebagaimana saat ini sehingga umat dahulu (Jahiliyah/Yang masih dibodohkan) mampu mencernanya?” Inilah jawaban yang paling masuk logika akal. Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT bahwa ilmu pengetahuan Al-Qur’an akan terungkap sesuai dengan perkembangan, peradaban dan kemajuan ilmu pengetahuan.

Dan sesungguhnya kamu akan mengetahui (kebenaran) berita Al Quran setelah beberapa waktu lagi”. (QS. Shaad 38:88).

            Dalam ilmu psikologi ada istilah mati suri atau lebih dikenal dengan  Near Death Experiencer (NDE). Selain itu ada istilah lain yang hampir sama, namun hakikinya sama yaitu Near Death Survival (NDS), seseorang yang dinyatakan mati secara medis namun tidak lama kemudian sadar kembali alias hidup. Dunia kedokteran pun mengakui hal ini.
Di saat mati suri, tubuh dan ruh telah terpisah. Ruh akan mengalami perjalanan yang sangat panjang selama mati suri tersebut. Banyak hal dilihat yang sebelumnya tidak pernah ditemui selama hidup. Mereka memasuki alam barzah maupun alam akhirat yang sama sekali berbeda dengan alam dunia. Manusia mengalami Out of Body Experience (OBE), karena ruh keluar meninggal badan, namun kembali lagi masuk ke jasadnya disebabkan masih terikatnya ruh dengan tali nafas yang masih menggerakkan saraf otak. Banyak informasi yang kita peroleh dari mereka yang pernah mengalami mati suri, mulai diperlihatkannya neraka dan surga, bertemu dengan ruh kerabatnya yang telah meninggal, dan lain sebagainya.
            Ar-ruh pada hakikinya suci dan merupakan amr Tuhan yang ditiupkan ke dalam tubuh manusia di saat berumur 4 (empat) bulan dalam kandungan ibu. Ar-ruh ini pula yang pernah diambil persaksiannya oleh Allah SWT ketika berada di alam azali (QS. Al-A’raaf 7:172). Oleh sebab itu, perangkat manusia inilah yang mengenal Allah SWT sejak dulu, karena materi (tubuh) manusia tidak mungkin masuk dalam wilayah Lathiefnya Allah SWT.

            Kalau demikian halnya maka dapat disimpulkan bahwa bahwa yang mengalami perjalanan Isra’ Mi’raj adalah ruh Rasulullah SAW, sementara tubuhnya berada di Mekah (di rumah sahabatnya Hindun).  Hal ini diperjelas dengan keterangan dalam al-Qur’an pada ayat berikut ini: 

”Dan jika Kami perlihatkan kepadamu sebahagian (siksa) yang Kami ancamkan kepada mereka atau Kami wafatkan kamu (sebelum mati), karena sesungguhnya tugasmu hanya menyampaikan saja, sedangkan Kami-lah yang menghisab amalan mereka”. (QS. Ar-Rad 13:40).

            Dari ayat tersebut di atas secara jelas Allah SWT menerangkan bahwa Rasulullah SAW diwafatkan sementara (mati suri) dan seperti diceritakan dalam hadits qudsi, beliau juga didampingi malaikat Jibril ra (ghaib/immaterial) untuk menyaksikan manusia yang disiksa di dalam alam barzah. Kondisi inilah yang perlu disampaikan oleh Rasulullah SAW kepada umat manusia bahwa siksa kubur itu benar adanya. Pada ayat lain, Allah SWT juga menjelaskan bahwa peristiwa Isra’ Mi’raj dimetaforakan bagaikan mimpi dalam tidur.

“Dan (ingatlah), ketika Kami wahyukan kepadamu: "Sesungguhnya (ilmu) Tuhanmu meliputi segala manusia." Dan Kami tidak menjadikan mimpi yang telah Kami perlihatkan kepadamu, melainkan sebagai ujian bagi manusia dan (begitu pula) pohon kayu yang terkutuk dalam Al Quran. Dan Kami menakut-nakuti mereka, tetapi yang demikian itu hanyalah menambah besar kedurhakaan mereka (QS. Al-Isra 17:60).

Seperti kita ketahui bersama bahwa selama manusia tidur sebenarnya jiwa manusia kembali kepada Allah SWT. Bagi manusia yang jatah umurnya telah habis saat tidur maka jiwanya akan ditahan Allah SWT alias mati, sementara mereka yang masih memiliki sisa umur, jiwanya akan dikembalikan ke dalam tubuhnya . Orang tidur tidak memiliki kesadaran atau boleh disederhanakan bahwa tidur sebenarnya juga identik dengan kematian.

“Allah memegang jiwa (orang) ketika matinya dan (memegang) jiwa (orang) yang belum mati di waktu tidurnya, maka Dia tahanlah jiwa (orang) yang telah Dia tetapkan kematiannya dan Dia melepaskan jiwa yang lain sampai waktu yang ditentukan. Sesungguhnya yang pada demikian itu terdapat tanda-tanda kekuasaan Allah bagi kaum yang berfikir”. (QS. Az-Zumar 39:42).

Demikian yang dialami Rasulullah SAW ketika menempuh perjalanan Isra’ Mi’raj. Ruh beliau menghadap kepada Allah SWT di Sidratil Muntaha dan berdialog kepada Allah SWT untuk menerima perintah mendirikan shalat fardhu 5 (lima) waktu dalam sehari semalam. Hanya ar-ruh yang suci dan merupakan amr Tuhan yang mampu menghadap Allah SWT. Hanya yang immaterial (ghaib) yang dapat bertemu dengan yang immaterial juga. Wallahu’alam bish shawab.

Sebenarnya masih banyak misteri Isra’ Mi’raj yang perlu diungkap seperti, “Mengapa Rasulullah SAW bertemu dengan Ruh dengan beberapa para nabi disetiap “lapisan langit”? Mengapa malaikat Jibril tidak bisa mengantar Rasulullah SAW di Sidratul Muntaha? Dan masih banyak lagi. Insya Allah akan saya uraikan pada artikel lainnya.

Untuk menambah wawasan beragama anda silahkan download E-Book (Electronic Book) Pertama saya yang berjudul : MENELADANI SPIRITUAL RASULULLAH SAW DALAM BERMA'RIFATULLAH dan E-Book Kedua : MENGAJI AL-QUR'AN KEPADA ALLAH


Marilah kita tetap ISTIQOMAH untuk meraih ridha Allah SWT!!! 

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Iwan Fahri Cahyadi
Pondok Ar-Rahman Ar-Rahim
Semarang

Tidak ada komentar:

Posting Komentar